Review Penelitian Seni Rupa dan Desain

 1. Judul : Semiotika Rupa Topeng Malangan (2013) oleh Cindy Yani Ariyanto. Dalam artikel yang dimuat oleh Jurnal RUAS.

- Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Kajian Kesenian Wayang Topeng mengalami perkembangan seirama dengan perkembangan alam pikiran manusia pendukungnya. Perkembangan ini tampak dalam wujud bentuk, teknik pakeliran, dan peranannya dalam kehidupan manusia. Sementara manusia hidup dalam alam pikiran animis, kesenian wayang topeng umumnya selalu dikaitkan dengan ritus yakni dimanfaatkan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur. 
Objek kajian pada tulisan ini menyangkut karya-karya dari beberapa kelompok wayang topeng yang tersebar di beberapa daerah yaitu di Tamiajeng, Nduwet, Precet, Pucangsongo, Wangkal, Gubuklakah, Jambesari, Jedungmonggo, Jabung, dan Glagahdowo. Karakter topeng yang sangat dikenal yaitu; R. Panji Asmoro Bangun, Dewi Sekar Taji, R. Gunung Sari, Dewi RagiL Kuning, Bapang, dan Kelono Sewandono.

- Pendekatan : Pendekatan yang dilakukan oleh penelitian ini dengan melakukan pendekatan sejarah serta langsung terjun ke lapangan dengan instrumen pendukung berupa wawancara dengan pelaku, pengrajin, dan seniman topeng Malangan. Selain itu pendekatan yang dipakai adalah Pendekatan Semiotik dalam desain Rupa, data yang diperoleh dari responden dikompilasi untuk memperoleh gambaran obyek-obyek visual rupa yang mewakili dalam lingkup kesenian topeng Malangan.

- Analisis : Penelitian ini memadukan pendekatan kualitatif dengan metoda survei. Penelitian ini juga menggunakan metode porporsive sampling, rekonstruksi, dan konfigurasi.

- Teori : Tidak terlalu menonjolkan teori seperti apa yang digunakan pada tulisan ini, pemaparan diskusi teori disini berdasarkan pada pendapat dari berbagai pemikir mengenai semiotika seperti Eco, Roland,Sachari, dan Zahnd.

- Kesimpulan : Tulisan ini merupakan suatu bentuk pemaparan sejarah serta pelestarian tentang Topeng Malangan yang mulai didesak mundur oleh tontonan-tontonan baru yang lebih digemari oleh masyarakat setempat. Dan hanya tinggal beberapa kelompok wayang topeng dan ini termasuk menjaga kesetimbangan dan keselarasan budaya kearifan lokal
yang dapat dilakukan oleh akademisi melalui kajian semiotika rupa karya seniman rakyat.

- Yang menurut saya bisa diteliti dari jurnal tersebut : penggambaran fungsi wayang topeng yang dikenal sebagai seni rupa, tari, dan pertunjukkan. Mengingat perpaduan macam-macam unsur seni (seni tari, suara, musik, lukis, pahat, dan pentas) maka dimungkinkan kiranya untuk bisa dapat dipergunakan sebagai salah satu bagian dari objek pariwisata di daerah Kabupaten Malang.

Sumber : Astrini, W., Amiuza, C. B., & Handajani, R. P. (2014). Semiotika Rupa Topeng Malangan (Studi Kasus: Dusun Kedungmonggo, Kec. Pakisaji, Kabupaten Malang). RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies), 11(2), 89-98.


2. Judul : Pengenalan Kegiatan Seni Rupa untuk Anak Tunanetra dalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Sensitivitas (2016) oleh Cindy Yani Ariyanto. Dalam artikel yang dimuat oleh Jurnal Imajinasi.

- Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Kajian Aliran Seni Rupa 3D untuk anak dengan kebutuhan khusus (Tunanetra). Objek kajian pada tulisan ini menyangkut para anak tunanetra yang memiliki pendidikan kebutuhan khusus. Serta kegiatan pembelajaran seni rupa yang sesuai bagi siswa tunanetra untuk mengekspresikan diri yaitu melalui kegiatan berkarya seni rupa karya tiga dimensi dengan teknik membentuk. Melalui teknik membentuk, anak tunanetra diantar untuk mengerti atau merasakan kegiatan apresiasi dan kreasi dalam pendidikan seni rupa.

- Pendekatan : Pendekatan yang digunakan pada tulisan ini hanya secara gamblang, namun dalam keterbacaannya peran guru, pembimbing atau orang tua dalam kegiatan seni rupa sangat penting sebagai pengembang model pembelajaran seni rupa dengan berbagai keunggulan dan kelemahannya, sehingga dapat meningkatkan kreativitas anak.

- Analisis : Analisis yang digunakan hanya secara gamblang atau bahkan tidak ada analisis yang begitu spesifik, hanya melakukan pendekatan khusus kepada anak-anak berkebutuhan seperti tunanetra ini. Dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran seni rupa dengan pendekatan bermain dan pengenalan benda-benda di alam sekitarnya.

- Teori : Tidak terlalu menonjolkan teori seperti apa yang digunakan pada tulisan ini, pemaparan diskusi teori disini berdasarkan pada pendapat dari berbagai pemikir seperti Adisasmito, Munro, dan The Liang Gie.

- Kesimpulan : Tulisan ini merupakan pemaparan serta pembelajaran seni rupa untuk siswa tunanetra yang menekankan pada pengembangan kepekaan estetis. Melatih kemampuan siswa tunanetra berkaitan dengan kepekaan indrawi dan intelektual mereka serta menemukan karakter benda yang ada di alam berbentuk 3D.

- Yang menurut saya bisa diteliti dari jurnal tersebut : penggambaran bagaimana konsep metode pembelajaran seni rupa yang digunakan untuk para siswa tunanetra, kemampuan dasar yang harus dilakukan dalam pembelajaran seni rupa tersebut. Serta teknik karya apa yang harus diajarkan untuk menangkap kepekaan objek dalam bentuk 3D.

Sumber : Fajrie, N. (2016). Pengenalan Kegiatan Seni Rupa untuk Anak Tunanetra dalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Sensitivitas. Imajinasi: Jurnal Seni, 10(2), 153-158.


3. Judul : Kearifan Ekologis sebagai Sumber Belajar Seni Rupa: Kajian Ekologi-Seni di Wilayah Pesisir Semarang (2017) oleh Cindy Yani Ariyanto. Dalam artikel yang dimuat oleh Jurnal Imajinasi.

- Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Kajian Aliran Ekologi-Seni yang berada di wilayah pesisir Semarang. Objek kajian pada tulisan ini menyangkut karya-karya anak usia sekolah dasar di kawasan Kemijen sebagai kawasan pesisir yang berbatasan langsung dengang garis pantai Tanjung Mas. Dengan menegaskan aspek ekologi merupakan sumber belajar yang kontekstual dalam pendidikan seni rupa anak di masyarakat.

- Pendekatan : pendekatan yang digunakan tulisan ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi nonpartisipatif, wawancara nonterstruktur, dan studi dokumen karya gambar. Dan hasil penelitian menunjukkan corak dan karakteristik pengolahan media berkarya seni rupa yang turut ditentukan oleh kearifan lingkungan alam-fisik kawasan pesisir Kemijen Semarang.

- Analisis : metode pemusata yang digunakan adalah metode field research (riset lapangan). Serta desain yang digunakan ialah kajian kasuistik untuk mengetahui keunikan secara mendalam tentang latar pesisir semarang. Analisis disini menekankan pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan studi dokumen.

- Teori : Tidak terlalu menonjolkan teori seperti apa yang digunakan pada tulisan ini, pemaparan diskusi teori disini berdasarkan pada pendapat dari berbagai pemikir seperti Majid, Haycock, Lansing, dan Rohidi.

- Kesimpulan : Tulisan ini memaparkan tentang aspek ekologi yang merupakan sumber belajar yang kontekstual dalam pendidikan seni rupa anak di masyarakat. Terlebih kearifan ekologis yang dimiliki masyarakat pesisir Kemijen Semarang, yaitu terbuka, heterogen, ekspresif, dan solidaritas tinggi.

- Yang menurut saya bisa diteliti dari jurnal tersebut : penggambaran dengan corak dan karakteristik pengolahan media berkarya seni rupa yang serba terbatas, sehingga turut hasil karya seninya. Serta kondisi empirik yang mampu menegaskan betapa pentingnya sumber kearifan ekologis pesisir Kemijen Semarang dalam konteks pendidikan di dalam keluarga, lingkungan, dan sekolah.

Sumber : Sugiarto, E. (2017). Kearifan Ekologis sebagai Sumber Belajar Seni Rupa: Kajian Ekologi-Seni di Wilayah Pesisir Semarang. Imajinasi: Jurnal Seni, 11(2), 135-142.

Sekian, Terima Kasih ☆ 







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Objek Kajian Semiotika "Tema Kemanusiaan" (Lukisan Karya Effendi Koesoema )

Kajian Literatur